• Klik untuk Harga & Spesifikasi

    Klik untuk Harga & Spesifikasi

    Content Text...

  • Klik untuk Harga & Spesifikasi

    Klik untuk Harga & Spesifikasi

    Content Text...

  • Klik untuk Harga & Spesifikasi

    Klik untuk Harga & Spesifikasi

    Content Text...

  • Klik untuk Harga & Spesifikasi

    Klik untuk Harga & Spesifikasi

    Content Text...

  • Klik untuk Harga & Spesifikasi

    Klik untuk Harga & Spesifikasi

    Content Text...

  • Klik untuk Harga & Spesifikasi

    Klik untuk Harga & Spesifikasi

    Content Text...

mitsubishi

Baca: Yakobus 2:1-13

Janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka. (Yakobus 2:1)

Saya menyaksikan adegan aneh ini di Youtube. Seorang pengemis itu berdiri di keramaian, mengenakan jas dan rambutnya tersisir rapi. Hampir setiap orang yang didekatinya memberi uang sehingga dalam waktu singkat ia dapat mengumpulkan 9 dollar 50 sen. Kemudian, ia hanya mengenakan kaus oblong dan rambutnya kusam. Hasilnya? Tidak ada orang yang sudi memberinya uang! Mungkinkah penampilan lebih penting daripada kemiskinan itu sendiri sehingga memberi pun harus melihat penampilan?


PERBEDAAN RUPA DI ANTARA MANUSIA ITU BIASA.
PEMBEDAAN ATAS DASAR RUPA MANUSIA ITU DOSA.
Penulis surat Yakobus amat peduli pada pengamalan iman. Baginya, iman itu bukan sikap yang pasif, melainkan harus dipraktikkan dalam perbuatan (Yak. 2:14-26). Dan, ia tahu, salah satu hambatan serius untuk itu ialah kecenderungan manusia untuk memandang muka dan membedakan orang berdasarkan penampilannya. Orang yang mengalami penolakan akan tersisih dan terluka perasaannya. Sebaliknya, orang yang diistimewakan akan besar kepala dan dapat menimbulkan persoalan dalam jemaat. Sikap memandang muka seperti itu menyalahi hukum Tuhan yang utama: kasih (ay. 8).

Wujud penampilan manusia bisa beraneka ragam. Warna kulit. Rupa wajah. Busana dan aksesoris. Kendaraan. Kedudukan sosial. Kecakapan berbicara. Isi dompet. Bakat yang cemerlang. Gelar yang menempel di belakang nama. Kecacatan. Untuk itu, komunitas orang percaya harus bersikap hati-hati dan bijaksana. Jangan membeda-bedakan orang. Kecondongan manusia bersikap begitu amatlah kuat, namun kasih yang sejati tidak memandang muka.


Source : http://www.renunganharian.net/2015/63-april/1380-pengemis-berjas.html
Telah

No comments:

Post a Comment