mitsubishi

KECEWA SETELAH BERSAKSI?

Baca: Yesaya 45:1-8


Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain... yang menjadikan nasib mujur dan menciptakan nasib malang, Akulah TUHAN yang membuat semuanya ini. (Yesaya 45:5-7)


Saat dinyatakan sembuh dari penyakit kanker, Adam (bukan nama sebenarnya) sangat bersukacita. Di mana-mana ia bersaksi tentang mukjizat kesembuhannya itu. Tapi, beberapa bulan kemudian, ia harus dirawat lagi karena kankernya kambuh. Adakah yang salah? Lalu, kecewa dan menyesalkah ia karena telah bersaksi tentang kebaikan-Nya? 


TIADA KESAKSIAN YANG SIA-SIA SELAMA ITU
MENYATAKAN PIMPINAN DAN RENCANA-NYA

Tentu saja Adam tak perlu menyesal karena Tuhan selalu baik dan tak pernah menyangkali hakikat-Nya. Hanya saja, memang ada perbuatan Tuhan yang tidak akan dapat kita pahami seperti yang dikatakan Musa (Ul. 29:29) dan Salomo (Ams. 25:2). Nabi Yesaya (ay. 7) malah berterus terang bahwa Dialah “yang menjadikan nasib mujur dan menciptakan nasib malang” agar manusia “tidak dapat menemukan masa depannya” (Pkh. 7:14). Kalau begitu, buat apa kita bersikeras mengetahui sesuatu yang memang bukan bagian kita?


Nah, apakah kesaksian Pak Adam sia-sia? Sama sekali tidak. Bersaksi adalah bercerita tentang perjalanan hidup kita dengan Tuhan, baik dalam keadaan senang maupun susah. Sekalipun sedang menderita, kita tetap bisa menceritakan kebaikan-Nya, terutama tentang anugerah terbesar-Nya, yaitu keselamatan jiwa kita. Apalah artinya kesehatan, kekayaan, ketenaran, dan isi dunia ini jika dibandingkan dengan keselamatan? Untuk itu, kita perlu tetap percaya bahwa di balik musibah yang menimpa kita, ada kebaikan-Nya yang ajaib, yang akan Dia ungkapkan dengan indah pada waktu-Nya (Rm. 8:28, Pkh. 3:11).


Source : http://www.renunganharian.net/2015/63-april/1382-kecewa-setelah-bersaksi.html
Telah

No comments:

Post a Comment